Ada sebuah pameo bagi pelancong ke Singapura: “Belum dikatakan berkunjung ke Singapura sebelum sampai ke Taman Merlion. Namun bagi sebagian kalangan, pameo ini diubah menjadi: “Belum dikatakan berkunjung ke Singapura jika tidak berkunjung ke Masjid Ba’alwi.

Sebagaimana umumnya, Masjid Baalwi yang terletak di daerah Perumahan Bukit Timah adalah salah satu masjid yang dijadikan sebagai tempat beribadah kaum muslim Singapura. Masjid ini didirikan oleh Habib Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Hasan al-‘Aththas pada tahun 1952. Ia menjadi istimewa karena di samping sebagai sarana ibadah, masjid ini oleh pemiliknya sekarang, al-Habib Hasan bin Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Hasan al-‘Aththas (anak dari pendiri masjid ini),  juga dijadikan sebagai museum, terutama tentang peradaban Islam. Dikatakan demikian, karena masjid ini tidak hanya mengoleksi berbagai benda peninggalan peradaban Islam dari berbagai belahan dunia, namun juga terdapat beberapa koleksi berupa Taurat (Kitab Perjanjian Lama) dan Injil (Kitab Perjanjian Baru). 

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki koleksi mushaf kuno yang relatif banyak jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Pada penelitian tahun 2011 oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) ditemukan sembilan mushaf kuno di beberapa kota, yaitu tiga di Museum La Galigo Makassar, dua di Museum Balla Lompoa Gowa, dua koleksi pribadi di Sinjai, dan dua koleksi pribadi di Wajo. Meskipun penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti LPMQ baru menemukan sembilan mushaf kuno, namun potensi jumlah tersebut bisa bertambah seiring dengan informasi yang datang dari masyarakat.

 

Secara mental, untuk menjadi seorang penashih Al-Qur'an yang baik dibutuhkan sikap ikhlas, teliti, ulet, sabar dan cinta kepada Al-Qur'an. Adapun secara empirik seorang penashih Al-Qur'an harus memeliki seperangkat pengetahuan khusus dalam kajian ulumul Quran, seperti: ilmu rasm, ilmu dhabt, ilmu waqaf ibtida', ilmu 'addil ay, ilmu qiraat, ilmu makky wal madani, dan sebagainya.

Seiring dengan berkembangnya tugas Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ), lembaga di bawah Kementerian Agama yang menjadi tempat penashih bertugas, mereka juga diharuskan menguasai pengetahuan teknis lainya di luar ulumul Qur'an, seperti ilmu penulisan Al-Qur'an Braille, penulisan Al-Qu'an transliterasi Arab-Latin dan penulisan Al-Qur'an sistem tajwid warna.

 

Dalam mushaf Al-Quran cetak yang beradar saat ini, kita mengenal dua sistem penulisan rasm Al-Qur'an yang lazim digunakan. Pertama, sistem penulisan dengan rasm qiyasi atau rasm imla’i, yaitu penulisan kata sesuai dengan pelafalan atau bacaannya.

Namun, penting dicatat bahwa kata-kata yang sudah masyhur dan baku, seperti ar-rahman (الرحمن), as-salah (الصلوة), az-zakah (الزكوة), ar-riba (الربوا), dan beberapa kata lainnya, seperti zalika (ذلك), ha’ula’i (هؤلاء), maka penulisannya tetap sebagaimana tulisan yang masyhur, sehingga tidak berbeda dengan mushaf yang ditulis dengan rasm usmani.

 

Berbeda dengan Ternate yang memiliki 8 manuskrip Al-Qur’an kuno, Tidore memiliki satu mushaf, dan mushaf ini berada di Museum Kesultanan Tidore. Penulis atau penyalin mushaf tidak diketahui. Mushaf ini sudah tidak utuh lagi, termasuk lembaran terakhir sehingga tidak ada kolofon dan keterangan yang lebih komprehensif terkait dengan identitas mushaf, termasuk tentang masa penyalinannya. Mushaf ini berukuran 28 x 19 x 6 cm dengan ukuran bidang teks 18 x 11 cm. Jumlah baris mushaf ini untuk setiap halamannya adalah 15, sehingga masing-masing juz terdiri sekitar 10 lembar atau 20 halaman lebih. Rasm yang digunakan adalah imlai, namun kata-kata tertentu menggunakan rasm usmani.

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved