- Harits Fadlly
- Hits: 5337
Syekh Abdurrahman (1777—1899)
Pada tahun 1192H/1777M di Batu Hampar, sekitar 9 km dari Kota Payakumbuh Sumatera Barat lahir seorang bayi bernama Abdurrahman dari pasangan Abdullah (gelar Rajo Bintan) dan seorang perempuan yang dikenal dengan panggilan “Tuo Tungga”. Kedekatan keluarga Abdurrahman sebagai tokoh agama dengan kolonial Belanda saat itu memberikan kesempatan kepada Abdurrahman untuk belajar ilmu agama di beberapa daerah, bahkan ke luar negeri. Di usianya yang ke-15 tahun, Abdurrahman belajar agama kepada “Beliau Galogandang” di Galogandang Batusangkar. Pendidikannya dilanjutkan ke Tapaktuan Aceh Barat untuk menimba ilmu selama kurang lebih delapan tahun. Dari Serambi Mekah ini Abdurrahman menimba ilmu di Mekah dan bertemu dengan saudaranya, Ismail bin Abdullah al-Minangkabawi. Di antara ulama melayu yang pernah menjadi gurunya di Mekah adalah Syekh Abdus Shomad bin Abdur Rahman al-Falimbani dan Syekh Daud bin Abdullah al-Fathani. Adapun gurunya yang berasal dari Arab antara lain: Syekh Usman Dimyati, Syekh Muhammad Said Qudsi, Syekh Muhammad Salih bin Ibrahim ar-Rais, Sayyid Ahmad al-Marzuqi, dan Syekh Abdullah Affandi. Pelajaran yang paling diminati Abdurrahman adalah qiraat Al-Qur’an. Dia pun menganut tarekat Naqsyabandiyah karena telah mendapatkan baiat dari Syekh Jabal Qubays di Mekah dan Syekh Muhammad Ridwan di Madinah.