Bogor (23/09/2019) – Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) akan mengembangkan lagi fon LPMQ Isep Misbah. Hal ini disampaikan Kepala LPMQ, Dr. H. Muchlis M. Hanafi, MA dalam arahannya ketika membuka kegiatan Sidang Reguler Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ke-7 di Hotel Olympic Renotel, Sentul, Bogor, 23 September 2019.

Dalam sambutannya, Muchlis mengatakan bahwa pihaknya akan terus bergerak bagaimana mengembangkan LPMQ dengan tugas dan fungsinya. “Pendahulu kita sudah berusaha membuat lompatan-lompatan. Dulu proses pentashihan belum memiliki standar, bisa dibayangkan kerja pentashihan seperti apa. Mulai dari mushaf Al-Qur’an ditulis manuskrip dengan tashih individu, lalu cetak dengan tashih personal, kemudian terbit regulasi pertama tahun 1957-1959 di mana di situ pentashihan dilakukan secara kelembagaan dengan minus standar dan pedoman, sampai era penyusunan Mushaf Standar Indonesia (MSI) ditetapkan tahun 1984,” kata Muchlis menjelaskan.

Dari tahun 1984, lanjut Muchlis, perkembangan MSI baru melalui dua tahapan. “Pertama, tahun 1984-2007 dan 2007-2015, ada perbaikan, tapi belum mendasar. Kita masih menerima apa adanya. Kedua, tahun 2016 hingga sekarang, kita sudah memulai era baru kajian MSI, bukan hanya kajian pada teksnya, tapi juga konten MSI itu sendiri, rasm dan dabtnya. Ini PR kita ke depan yang perlu diteruskan sehingga mushaf kita lebih sempurna,” imbuh Muchlis.

Muchlis menambahkan, pengembangan dari sisi naskahnya, sejak tahun 2015 pihaknya telah mencanangkan penulisan baru MSI. “Terkait naskah MSI, tahun 2015 kita canangkan penulisan baru MSI. Di tengah jalan ada yang tidak sabar, akhirnya ada yang kreatif dan berinovasi membuatkan fon. Tulisan yang sudah ada discan dan dipotong-potong, kemudian digabungkan oleh sistem sehingga jadilah fon LPMQ yang ada dalam aplikasi Qur’an Kemenag In Word. Ini Insya Allah kita launching besok. Kita sumbang satu itu pada acara ekspos produk kelitbangan. Ini artinya kerja kita bermanfaat bagi orang banyak dan semoga jadi amal jariyah kita,” tambah Muchlis.

Fon LPMQ, sambung Muchlis, teks ayatnya telah kita tashih. Ke depan kita juga akan menashih keindahan tulisan fon dalam Quran Kemenag In Word agar semakin mendekati keindahan tulisan tangan asli.

“Secara umum, kita kembangkan terus MSI. Kita tidak memasang target. Tiga sampai empat tahun ke depan, MSI lebih baik lagi. Kita lalui dengan bekal istiqomah saja, mudah-mudahan lebih awet dan dapat digunakan masyarakat,” pungkas Muchlis. (MZA)

Bogor (23/09/2019) – Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) akan memberlakukan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada LPMQ mulai 1 Oktober 2019. Ada dua jenis layanan di LPMQ yang akan diberlakukan PNBP, yaitu Layanan Pentashihan (Surat Tanda Tashih dan Izin Edar) serta Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

Pemberlakuan PNBP di lingkungan LPMQ ditegaskan oleh Kepala Lajnah, Dr. H. Muchlis M. Hanafi, MA., dalam arahannya ketika membuka kegiatan Sidang Reguler Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ke-7 di Hotel Olympic Renotel, Sentul pada Senin, 23 September 2019.

“JFT Pentashih, sebagaimana dijelaskan Kabid, insyaallah akan hadir. Kehadirannya bisa jadi angin segar bagi PNS yang hafiz Al-Qur’an,” kata Muchlis.

Lebih lanjut, Muchlis menyampaikan bahwa JFT Pentashih dan PNBP beriringan proses pengurusannya. Terhitung mulai 1 Oktober nanti akan diberlakukan tarif di LPMQ, yaitu layanan pentashihan dan pemanduan BQMI, sewa tempat, dan lain-lain. “Itu masuk di PP Nomor 59 tahun 2018. Sudah ditandatangani,” terang Muchlis.

Muchlis juga menjelaskan terkait PNBP yang berlaku di LPMQ, khususnya terkait pentashihan. “Perlu saya jelaskan dulu supaya tidak disalahpahami, misalnya, kok cari uang di pentashihan? Untuk pentashihan, kita bukan cari uang. Tetapi lebih didasari bahwa kita tidak mau dicurigai, terutama dari auditor. Kegiatan apa? Siapa pemohon? Berapa mereka minta tanda tashih? Tarif? Menurut mereka tidak mungkin tidak, pasti ada ucapan terima kasih. Nah, kita tidak mau pekerjaan yang mulia ini dicurigai, karena memang ada potensi,” jelas Muchlis.

Muchlis juga memohon kepada pelaksana pentashihan untuk tidak menjadikan PNBP sebagai beban. “Dari dulu kerja kita sama. Dari dulu hingga sekarang kita harus teliti. PNBP lebih menjamin asas transparansi dan menghindari jangan sampai kita dicurigai macam-macam,” kata Muchlis.

Terkait PNBP pada Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, Muchlis menjelaskan bahwa PNBP ini berbeda dengan PNBP layanan pentashihan. “Kalau BQMI, motifnya berbeda. Gedung BQMI besar, anggaran pemeliharaannya terbatas, menambah koleksi juga tidak bisa. Mengacu pada museum-museum lain, mereka mengembangkan diri dengan menggali potensi itu. Rata-rata museum berbayar. Kita tidak bisa mengandalkan anggaran negara. Kita akan melibatkan partispasi masyarakat. Di museum besar, ada semacam apresiasi terhadap donatur. Bahkan relawannya juga banyak. Oleh sebab itu, melalui tarif ini kita ingin melibatkan masyarakat dalam mengelola BQMI,” ungkap Muchlis.  (MZA)

Bogor (23/09/2019) – Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) kembali menyelenggarakan Sidang Reguler Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ketujuh tahun anggaran 2019 di Hotel Olympic Renotel, Sentul, Bogor, 23-25 September 2019. Sidang Reguler Pentashihan adalah forum untuk membahas hasil pentashihan yang sudah dilakukan oleh para pentashih bersama para pakar Al-Qur’an.

Sidang reguler ketujuh dihadiri oleh dua orang narasumber, sepuluh pakar, dan tiga puluh lima tim pentashih LPMQ. Kepala Bidang Pentashihan LPMQ, H. Deni Hudaeny Ahmad Arifin, MA mengatakan ada tujuh pengajuan master baru, satu master perbaikan, dan 16 dumi mushaf yang dibahas kali ini. Ia menjelaskan bahwa naskah dumi adalah proses akhir pentashihan sebelum diterbitkannya Surat Tanda Tashih. “Kami mohon telaah naskah dumi sebelum diterbitkan tanda tashih,” kata Kabid Pentashihan dalam laporannya.

Seluruh naskah master mushaf yang dibahas, lanjut Deni, berasal dari 16 penerbit. Kantong-kantong penerbit Al-Qur’an di Indonesia adalah di Jawa, terutama DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Kabid melanjutkan, jenis naskah master yang dibahas adalah master mushaf Al-Qur’an, mushaf terjemahan, tajwid warna, dan transliterasi, serta master tafsir.

“Tren mushaf "campuran" masih terbanyak. Ke depan kita perlu menyediakan naskah master seperti ini supaya ke depan kita dapat memberikan layanan dan proses pentashihan semakin mudah dan terjamin kesahihannya,” imbuh Kabid.

Sedangkan untuk jenis tulisan, master mushaf dengan modifikasi khat Usman Toha masih mendominasi. Lainnya adalah khat Mushaf Standar Indonesia yang lama  dan master dengan fon LPMQ Isep Misbah. “Kita berharap ke depan master MSI bisa menjadi dominan,” harap Kabid. (MZA)

Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal (BQMI) Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI turut serta dalam Pameran Kesejarahan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 19-23 September 2019 di Gedung Wiworo Wiji Pinilih, Kota Magelang.

Tujuan pameran keliling ini adalah menyampaikan informasi kepada masyarakat, baik melalui koleksi maupun materi pameran yang disajikan. Dari kegiatan ini, diharapkan masyarakat mendapatkan wawasan pengetahuan yang lebih luas.

Salah satu petugas pemandu stan pameran BQMI, Ibnu A’thoillah, mengatakan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak bisa membedakan Al-Qur’an dan Mushaf Al-Qur’an. Kegiatan pameran ini, khususnya bagi anak-anak sekolah, menjadi sarana yang efektif untuk mengenal perkembangan penyalinan Mushaf Al-Qur’an.

“Salah satu pengalaman menarik saya adalah ketika ada pengunjung stan pameran, seorang ibu guru sekolah SD di Kota Magelang, yang bertanya tentang materi pameran. Ia bingung kok bisa Al-Qur’an berkembang,” katanya.

Sebagai pemandu, ia menjelaskan tentang apa itu Al-Qur’an, Mushaf Al-Qur’an, dan bagaimana perkembangan aksara Arab dari zaman Nabi saw hingga di Indonesia secara singkat, termasuk asal-usul naqt al-i’rab dan naqt al-i’jam, dll. Selain penjelasan secara lisan, ia juga menunjukkan contoh perbedaan teks mushaf Al-Qur’an dari masa ke masa pada komputer yang disediakan di stan.

“Setelah mendapatkan penjelasan dengan singkat beserta contohnya yang bisa dilihat pada komputer yang disediakan, ibu guru tersebut bilang, saya jadi merinding setelah mendapatkan penjelasan ini. Baru kali ini saya mendapatkan pengetahuan ini,” katanya.

Pengunjung lain yang juga seorang guru minta soft file presentasi tentang “Penulisan dan Penyalinan Mushaf Al-Qur’an” yang disediakan stan BQMI untuk dijadikan tambahan materi pembelajaran. “Semoga ini menjadi bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih atas ilmu dan materi pelajaran yang kami dapatkan. Semoga Allah membalas kebaikan untuk BQMI,” tutur pengunjung tersebut.

Teks Mushaf Al-Qur’an yang dibaca oleh seluruh umat Islam saat ini merupakan hasil dari ijtihad para sahabat dan tabi’in dalam kurun waktu yang sangat panjang. Ketika Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw tidak berupa teks. Proses panjang ini dihadirkan oleh Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal (BQMI) dalam pameran kesejarahan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 19-23 September 2019 di Gedung Wiworo Wiji Pinilih, Kota Magelang.

Pada pameran tersebut, BQMI menghadirkan Pameran Perkembangan Aksara Arab dari zaman Nabi saw hingga di Indonesia yang mencakup:

  1. Penulisan Mushaf Al-Qur’an Masa Khulafa’urrasyidin;
  2. Penyalinan Mushaf Al-Qur’an Masa Bani Umayyah (661-750 M);
  3. Perkembangan penyalinan Mushaf Al-Qur’an dengan Tanda Baca Lengkap pada Masa Dinasti ‘Abbasiyah (750-1258 M);
  4. Perkembangan penyalinan Mushaf Al-Qur’an dengan Hiasan Iluminasi pada Masa Dinasti Mamluk (1250-1517 M); dan
  5. Penyalinan Mushaf Al-Qur’an di Nusantara

Dengan materi yang disajikan tersebut, BQMI berharap pengunjung stan pameran akan mendapatkan tambahan wawasan. Selain materi yang tersaji, pengunjung dapat bertanya kepada pemandu pameran, dan melihat melalui komputer yang disediakan dengan materi interaktif.

Selain itu, dibagikan pula katalog pameran berjudul “Penyalinan Mushaf Al-Qur’an dari Masa Nabi Muhammad saw hingga di Nusantara”. Dalam katalog tersebut, disajikan contoh aksara Arab zaman awal Islam hingga sekarang dilengkapi sejumlah ilustrasi.

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal
Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560
Telp: (021) 8416468 - 8416466
Faks: (021) 8416468
Web: lajnah.kemenag.go.id
Email: lajnah@kemenag.go.id
© 2023 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. All Rights Reserved